BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Daerah
sekitar Kota Palembang sering kita jumpai saluran air ataupun sungai-sungai.
Banyak terjadi pendangkalan yang terjadi pada saluran ataupun sungai tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya penumpukan sedimentasi, yang bisa berakibat
kebanjiran.
Sungai kedukan
merupakan anak sungai Ogan yang terletak disekitar perumahan OPI Jakabaring.
Sungai tersebut sekarang telah mengalami pendangkalan sedimentasi sedalam
kurang lebih 35 cm. awalnya ketinggian sungai tersebut 2,4 m namun setelah
terjadi sedimentasi hanya 2,1 m atau terjadi pendangkalan 35 cm, hal ini bila
dibiarkan terus menerus maka bisa berakibat kebanjiran di sekitar sungai
tersebut.
Proses sedimentasi
berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak
dari daratan masih terus terjadi. Sedimentasi bisa berasal dari limbah rumah
tangga, karena kurangnya kesadaran akan kebersihan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan tugas ini adalah untuk mempelajari sedimentasi yang terjadi di sungai
kedukan. Dan juga kita bisa memahami pelajaran transportasi sedimen lebih baik,
karena langsung ke lokasi yang mengalami pendangkalan sedimentasi.
BAB
II
PENGERTIAN
SEDIMEN
2.1 Pengertian dari Sedimen
Beberapa pendapat mengenai pengertian sedimen
1.
Pipkin (1977) menyatakan bahwa :
sedimen
adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai
sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga
termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam
air atau dalam bentuk larutan kimia.
2.
Pettijohn (1975) mendefinisikan
sedimentasi
sebgai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut
dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria,
laut dangkal sampai laut dalam.
3.
Gross (1990) mendefinisikan
sedimen
laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang
bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta
beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
Sedimentasi sendiri adalah suatu proses
pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser
di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan
proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan
bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin
2.2 Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas
dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga
ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang
penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan
beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan
sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari
jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira
80% ( Pettijohn, 1975 )..
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen
dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1.
Batuan
Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran
batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya
mengalami diagenesa.
2.
Batuan
Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses
transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat –
sifat utama batuan sedimen :
1.
Adanya
bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
2.
Sifat
klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan
detritus.
3.
Sifat
jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
4.
Jika
bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan
rijing.
2.3 Klasifikasi Sedimen
2.3.1
Klasifikasi Sedimen Berdasarkan
Asalnya
Menurut
asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Lithogenous;
Jenis sedimen ini berasal dari
pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang
berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu
kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan pendinginan) terhadap batuan yang
terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya
embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan
bahan-bahan
yang terdapat di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu.
Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.
2.
Biogenous;
Sedimen ini berasal dari organisme
laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan
cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Komponen kimia yang sering
ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan SiO2.
Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam sedimen calcareous
terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera, Cocolithophore, yang disebut globerigina
ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze. Cangkang
Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting dari partikel
Siliceous.
3.
Hydrogenous;
Sedimen ini berasal dari komponen
kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga
terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn)
yang berbentuk nodul, dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna
kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).
4.
Cosmogenous;
Sedimen ini bersal dari luar angkasa
di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan
mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran
antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).
2.3.2
Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir
Sedimen cenderung
untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan tetapi mereka
tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat dan Evants, 1985).
Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan
dengan d, dan satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir
sedimen adalah millimeter (mm) dan micrometer (µm) (Poerbandono dan Djunasjah,
2005).
Sedimen
pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur, pasir,
butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan. Material sangat halus seperti lumpur
dan lempung berdiameter dibawah 0,063 mm dapat dikategorikan sebagai sedimen
kohesif (Triatmodjo, 1999).
2.3.3
Klasifikasi Berdasarkan
Lingkungan Pengendapan
1.
Sedimen
laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite,
napal, dan lain sebagainya.
2.
Sedimen
darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya
endapan sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis),
dan sebagainya.
3.
Sedimen
transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya delta.
2.4 Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan
oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik
disimpulkan dua golongan ( Pettijohn, 1975 ).
1.
Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus
atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sedimen itu sendiri. ( Pettjohn, 1975).
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua
golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara
terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar
seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan
sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau.
Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal.
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam ( Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi
menuju suatu cekungan pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni,
proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah
suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses
diagenesa antara lain :
1.
Kompaksi
Sedimen yaitu
termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang
satu dengan yang lain menjadi rapat.
2.
Sementasi yaitu turunnya material-material di ruang antar
butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain.
Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin
besar.
3.
Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari
suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama
diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan
batuan karbonat.
4.
Autigenesis yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan
diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu
sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dll.
5.
Metasomatisme yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai
mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
UKURAN PARTIKEL DARI
SEDIMEN KLASTIK
Nama
partikel
|
Ukuran
|
Sedimen
|
Nama
batu
|
Boulder/Bongkah
|
>256 mm
|
Gravel
|
Konglomerat dan Breksi (tergantung kebundaran partikel)
|
Cobble/Kerakal
|
64 – 256 mm
|
Gravel
|
|
Pebble/Kerikil
|
2 – 64 mm
|
Gravel
|
|
Sand/Pasir
|
1/16 – 2mm
|
Sand
|
Sandstone
|
Silt/Lanau
|
1/256 – 1/16 mm
|
Silt
|
Batu lanau
|
Clay/Lempung
|
<1/256 mm
|
Clay
|
Batu lempung
|
Sumber : http://doddys.wordpress.com/2007/02/08/mekanisme-transportasi-sedimen/
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi
kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).
Gambar
Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan Koesoemadinata (1981)
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan
menjadi enam golongan yaitu :
1.
Golongan
Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan
tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
2.
Golongan
Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu
lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
3.
Golongan
Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska,
algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang
merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan
disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai
neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada
material penyusunnya.
4.
Golongan
Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik
dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),
radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan
terbatas sekali.
5.
Golongan
Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki
larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan
danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi
pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya
penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut.
Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu
garam.
6.
Golongan
Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari
tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun
oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan
terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia
harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati
tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
BAB
III
PENYEBAB SEDIMENTASI
Sedimentasi yang terjadi disungai
kedukan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
Ø Erosi tanah yang terjadi
Sungai Kedukan mempunyai
penampang tanah, hal ini bisa menyebabkan erosi, tebing dipinggi sungai kedukan akan sangat
mudah terjadi erosi karena terpaan air dan angin atau gravitasi.
Ø Karena limbah rumah tangga
Didaerah
tersebut terdapat perumahan warga, saluran pembuangan dialirkan kesungai
kedukan tersebut, tidak hanya itu sampah yang dibuang sembarangan ke sungai
kedukan juga menjadi penyebab pendangkalan sungai tersebut. Lihat gambar : c).
BAB IV
MEKANISME TRANSPORTASI SEDIMEN
4.1 Cara
Pengangkutan Sedimen
Ada dua kelompok cara mengangkut sedimen dari batuan induknya ke
tempat pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload
tranport. Di bawah ini diterangkan secara garis besar ke duanya.
Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam
suspensi, jika arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya
material halus saja yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil
pengendapan suspensi ini adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi
sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai
memilahan butir yang buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
Bedload
transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi
menjadi:
- endapan arus traksi
- endapan arus pekat (density current) dan
- endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen
didasarnya. Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya
seperti angin atau pasang-surut air laut.
Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir
yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:
- pemilahan baik
- tidak mengandung masa dasar
- ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain pihak,
sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi.
Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir,
lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan
bersusun.
Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density)
media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan
kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di
bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan
dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal
dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari
gunungapi.
Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir
halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung
pelagik pada laut dalam. Selley (1988) membuat hubungan antara proses
sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai berikut (Tabel IV.1).
Tabel
IV.1 Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan
(Selley, 1988)
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya
dikuasai oleh mekanisme tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus
pekat saja, tetapi lebih sering merupakan gabungan berbagai mekanisme. Malahan
dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa
sistem seperti itu dalah:
- sistem arus traksi dan suspensi
- sistem arus turbit dan pekat
- sistem suspensi dan kimiawi.
4.2 Mekanisme Gerakan Sedimen
Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa,
baik berupa cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung (rolling),
menggeser (bouncing) dan larutan (suspension) seperti Gambar
III.2.
4.3 GRAVITY
Sedimen yang bergerak karena hanya pengaruh gaya gravitasi ini, ada 3 macam sedimen :
- Debris flows (umumnya mud flows)
- Grain flows
- Fluidized flows
Mud flows (interparticle interaction)
Ada 2 : di bawah air dan di darat
Ada 2 : di bawah air dan di darat
Ciri sedimen hasil mud flows:
- dikuasai matrik (matrix-dominated sediment)
- sortasi jelek
- pejal (tak berlapis)
Grain flows (grain interaction)
Ciri sedimen hasil grain flows:
Ciri sedimen hasil grain flows:
- dikuasai kepingan (fragment dominated-sediment)
- terpilah baik dan bebas lempung
Fluidized flows
Ciri sedimennya:
Ciri sedimennya:
- tebal, non-graded clean sand
- batas atas dan bawahnya kabur
- umumnya terdapat struktur piring (dish structures).
BAB V
STUDY KASUS
Lokasi sungai yang kami ambil di lapangan yaitu di
sungai Kedukan dan sungai bengkoang yang kemudian mengalir ke sungai Ogan, letaknya disekitar
daerah Komplek perumahan OPI Rw 14 Kel. 15 Ulu Palembang. Sungai tersebut
mempunyai saluran tanah terbuka yang
berbentuk penampang setengah lingkaran. Dengan Kedalaman sungai kedukan sebelum
terjadi penumpukan sedimen ± 2,4 m dan lebar penampang sungai ± 21,3.
Terjadi Penumpukan sedimen sedalam 35 cm.
Disekitar sungai tersebut banyak pemukiman
dan merupakan daerah rawa-rawa, dengan tingkat penumpukan sedimen yang cukup tinggi,
lama kelamaan bisa mengakibatkan kebanjiran.
Berikut Denah
lokasi sungai :
Foto lokasi study kasus :
a)
Foto
Lokasi sungai Kedukan
b)
Foto
sedimen yang terjadi disungai kedukan
Ket : Foto kedalaman sedimen
sungai kedukan
Ke t : Foto aliran sungai kedukan dan sungai bengkoang
c) Foto sampah yang dibuang ke sungai yang juga merupakan
penyebab pendangkalan.
Ket : Foto sungai kedukan
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil survey dilapangan yang
dilakukan di sungai Kedukan atau anak sungai ogan didapat penumpukan sedimen
yang terjadi sedalam 35 cm, jika tidak ditanggulangi atau di lakukan
pengerukan. Lama kelamaan akan berakibat pendangkalan atau bisa berakibat kebanjiran
di sekitar sungai tersebut.
5.2 Saran
Sungai merupakan aset berharga bagi
kehidupan, oleh karena itu kita harus menjaga serta memelihara sungai dengan
begitu dapat memberi keuntungan bagi kita semua. Jangan membuang sampah
sembarangan kesungai, hal ini bisa mengakibatkan pendangkalan sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar